Jumat, 08 Desember 2017

Merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw Ala Kampung Karadenan

Perjalanan dimulai dari rumah melalui stasiun Tanjung Barat, pagi pukul 05.20 sudah tiba dan menunggu 10 menit untuk naik kereta menuju stasiun Bojong Gede sebagai meeting point. Tak butuh lama sudah tiba tepat pukul 06.00, lalu saya mengambil hanphone dari saku celana untuk memberi kabar Mbak Rury. Ternyata sudah ada Bang Reyhan, Koh Denni dan Mbak Ayies tinggal menunggu komandan yaitu Bang Dodo yang ternyata telat.

Setelah Bang Dodo tiba, saya dan rekan-rekan melanjutkan perjalanan menuju Kampung Karadenan dengan mengunakan angkot 31 dan turun dipertigaan lampu merah Jalan Karadenan. Menuju Kampung Karadenan tidaklah jauh setelah turun angkot, tinggal berjalan kaki sekitar 300 meter saja sudah tiba. Sambil menunggu acara saya berbincang dengan seorang Ibu yang kebetulan saya gunakan untuk berteduh karena gerimis, mulai berbincang untuk persiapan acara. Tradisi maulid di Kampung Karadenan ini menurut saya unik dan masih dipertahankan hingga kini, sungguh luar biasa. Ada beberapa prosesi untuk menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.

Persiapan pengukusan keris sudah sejak lepas shalat Isya, doa-doa dipanjatkan untuk malam menyambut datangnya 12 Rabi’ul Awal 1439 Hijriyah atau Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.






Sudah menjadi tradisi masyarakat Kampung Keradenan untuk melakukan pengukusan keris dengan direndam dupa, dan minyak (dalam hal ini minyak non alcohol). Kampung Keradenan berasal dari Bahasa Jawa, yaitu Raden. Kata ka dan an memberi arti para raden atau bangsawan. Kampung Karadenan berada di Jalan Karadenan Kaum I, Karadenan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kampung ini terletak dibagian timur sungai Cihaliwung yang bermata air langsung dari gunung Pangrango, Cisarua, Jawa Barat.







Makna acara dari peringatan Mauild Nabi Besar Muhammad Saw, bagi masyarakat kampung Karadenan dengan tradisi pengukusan keris merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang yang masih dipertahankan hingga kini.  Ada 90 keris yang diletakan di museum sisanya ada 40 keris di rumah pemiliknya itu sendiri, terdiri dari Kudi, Kubang, Keris, Gobang dan Tombak berukuran sekitar 40-60 cm. Fungsi dari pengukusan/warangan keris, kudi, kubang, gobang dan tombak sebagai mempertahankan dari kekaratan.

Selain acara pengukusan keris, pemanjatan doa-doa rawi ada disetiap peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di kampung Karadenan ini juga ada pencukuran rambut bayi yang usianya 2-8 bulan, yang unik ditradisi ini  yang mengendong bayi adalah Ayahnya dibantu saudara yang membawa nampan berisi kelapa, gunting, kembang, lilin, beras dan uang. Para ayah didandani mengunakan selendang, dimaknai agar bayi tidak rewel atau menangis ketika diarak,  karena  ayah memakai selendang mirip ibu.   Tak berapa lama para bayi yang akan gunting rambut sudah berkumpul di dalam masjid disertai sholawatan menghadap ke 8 penjuru mata angin.






Setelah prosesi sholawatan di masjid, para bayi dan ayahnya diarak mengelilingi kampung Karadenan, disertai tabuhan rebana dan saweran uang disetiap rumah bayi yang gunting rambut. Keunikan acara ini dengan melimpahnya sajian yang dibuat oleh para  keluarga, dibawa mengunakan daun pintu rumah untuk didoakan dan disebarkan ke warga sekitar kampung atau tamu yang datang seperti saya dan rekan-rekan. Masakan yang dibagikan beraneka ragam terdiri dari nasi, ayam bakar, ikan mas acar kuning, mie goreng, bihun goreng, oseng-oseng kacang panjang, sambal kentang.







Menurut narasumber Bapak Raden Dadang Supadma ketika berbincang, Karadenan berasal dari didirikannya sebuah masjid pada tahun 1667 oleh Raden Syafe’I anak dari Raden Pangeran Nasib, yang merupakan anak Pangeran Sanghyang, cucu dari Sri Baduga Maharaja Pakuan – Padjajaran. 90 % warga kampung Karadenan bergelar Raden yang merupakan keturunan Padjajaran, Tubagus Angke dan Kerajaan Cirebon.






Makna dari semua prosesi Maulid Nabi Besar Muhammad Saw 1439 Hijriyah adalah ketaqwaan dan rasa syukur terhadap semua karunia Allah SWT, dan rangkaian acara ditutup dengan makan bersama dan berbagi makanan dilanjutkan shalat Jum’at. Terima kasih Bapak Raden Dadang Supadma sudah banyak memberi ilmu dan seluruh warga Kampung Karadenan yang menerima saya dan rekan-rekan dengan senang hati, bahagia rasanya bisa berkumpul bersama merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...