Perjalanan dimulai dari rumah melalui stasiun Tanjung Barat, pagi pukul 05.20 sudah tiba dan menunggu 10 menit untuk naik kereta menuju stasiun Bojong Gede sebagai meeting point. Tak butuh lama sudah tiba tepat pukul 06.00, lalu saya mengambil hanphone dari saku celana untuk memberi kabar Mbak Rury. Ternyata sudah ada Bang Reyhan, Koh Denni dan Mbak Ayies tinggal menunggu komandan yaitu Bang Dodo yang ternyata telat.
Setelah Bang Dodo tiba, saya dan rekan-rekan melanjutkan perjalanan menuju Kampung Karadenan dengan mengunakan angkot 31 dan turun dipertigaan lampu merah Jalan Karadenan. Menuju Kampung Karadenan tidaklah jauh setelah turun angkot, tinggal berjalan kaki sekitar 300 meter saja sudah tiba. Sambil menunggu acara saya berbincang dengan seorang Ibu yang kebetulan saya gunakan untuk berteduh karena gerimis, mulai berbincang untuk persiapan acara. Tradisi maulid di Kampung Karadenan ini menurut saya unik dan masih dipertahankan hingga kini, sungguh luar biasa. Ada beberapa prosesi untuk menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.
Persiapan pengukusan keris sudah sejak lepas shalat Isya,
doa-doa dipanjatkan untuk malam menyambut datangnya 12 Rabi’ul Awal 1439 Hijriyah
atau Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.
Sudah menjadi tradisi masyarakat Kampung Keradenan untuk
melakukan pengukusan keris dengan direndam dupa, dan minyak (dalam hal ini minyak non alcohol). Kampung
Keradenan berasal dari Bahasa Jawa, yaitu Raden. Kata ka dan an memberi arti
para raden atau bangsawan. Kampung Karadenan berada di Jalan Karadenan Kaum I,
Karadenan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kampung ini terletak dibagian timur
sungai Cihaliwung yang bermata air langsung dari gunung Pangrango, Cisarua,
Jawa Barat.
Makna acara dari peringatan Mauild Nabi Besar Muhammad Saw,
bagi masyarakat kampung Karadenan dengan tradisi pengukusan keris merupakan
tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang yang masih dipertahankan
hingga kini. Ada 90 keris yang diletakan
di museum sisanya ada 40 keris di rumah pemiliknya itu sendiri, terdiri dari
Kudi, Kubang, Keris, Gobang dan Tombak berukuran sekitar 40-60 cm. Fungsi dari
pengukusan/warangan keris, kudi, kubang, gobang dan tombak sebagai
mempertahankan dari kekaratan.
Selain acara pengukusan keris, pemanjatan doa-doa rawi ada
disetiap peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di kampung Karadenan ini juga ada pencukuran
rambut bayi yang usianya 2-8 bulan, yang unik ditradisi ini yang mengendong bayi adalah Ayahnya dibantu
saudara yang membawa nampan berisi kelapa, gunting, kembang, lilin, beras dan
uang. Para ayah didandani mengunakan selendang, dimaknai agar bayi tidak rewel
atau menangis ketika diarak, karena ayah memakai selendang mirip ibu. Tak
berapa lama para bayi yang akan gunting rambut sudah berkumpul di dalam masjid
disertai sholawatan menghadap ke 8 penjuru mata angin.
Setelah prosesi sholawatan di masjid, para bayi dan ayahnya
diarak mengelilingi kampung Karadenan, disertai tabuhan rebana dan saweran uang
disetiap rumah bayi yang gunting rambut. Keunikan acara ini dengan melimpahnya
sajian yang dibuat oleh para keluarga,
dibawa mengunakan daun pintu rumah untuk didoakan dan disebarkan ke warga
sekitar kampung atau tamu yang datang seperti saya dan rekan-rekan. Masakan
yang dibagikan beraneka ragam terdiri dari nasi, ayam bakar, ikan mas acar
kuning, mie goreng, bihun goreng, oseng-oseng kacang panjang, sambal kentang.
Menurut narasumber Bapak Raden Dadang Supadma ketika berbincang,
Karadenan berasal dari didirikannya sebuah masjid pada tahun 1667 oleh Raden
Syafe’I anak dari Raden Pangeran Nasib, yang merupakan anak Pangeran Sanghyang,
cucu dari Sri Baduga Maharaja Pakuan – Padjajaran. 90 % warga kampung Karadenan
bergelar Raden yang merupakan keturunan Padjajaran, Tubagus Angke dan Kerajaan
Cirebon.
Makna dari semua prosesi Maulid Nabi Besar Muhammad Saw 1439
Hijriyah adalah ketaqwaan dan rasa syukur terhadap semua karunia Allah SWT, dan
rangkaian acara ditutup dengan makan bersama dan berbagi makanan dilanjutkan
shalat Jum’at. Terima kasih Bapak Raden Dadang Supadma sudah banyak memberi ilmu dan seluruh warga Kampung Karadenan yang menerima saya dan rekan-rekan dengan senang hati, bahagia rasanya bisa berkumpul bersama merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar