Jumat, 27 Maret 2015

Lingko Sawah Jaring Laba-Laba



Kota ini terkenal sebagai Bogornya Flores karena dingin, kotanya di kelilingi oleh perbukitan, nampak indah….
Kota Ruteng tidak hanya untuk singgah ketika menuju Waerebo, atau ke Liang Bua tempatnya Hobbitnya Indonesia. Tetapi sekitar 15 Km dari Ruteng kita bisa melihat sawah jaring laba-laba atau Lingko dalam bahasa Manggarai. Setelah pulang dari Waerebo, saya sempatkan mampir ke Desa Cancar bersama rekan. Untuk menuju ke sawah ini, bisa di tempuh dengan angkot dari Ruteng tarif Rp. 5.000,- dan bilang turun dipertigaan Pasar lanjut naik ojek PP Rp. 10.000,- dan ojek bersedia menunggu, atau bisa naik ojek dari Ruteng PP Rp.50.000,- dengan waktu tempuh 40 menit.
Kampung Ruteng Pu'u Manggarai Flores NTT
Kampung Ruteng Pu’u Manggarai Flores NTT
Sawah Jaring Laba-laba atau Lingko dalam bahasa Manggarai Flores NTT
Sawah Jaring Laba-laba atau Lingko dalam bahasa Manggarai Flores NTT
Setelah sampai di Pasar Cancar sekitar 2.5 Km kita akan turun didepan sebuah rumah dan meminta izin serta mengisi buku tamu, motor harus diparkir karena tidak bisa masuk, lalu kami bertiga trekking menuju puncak bukit untuk melihat keunikan sawah yang indah ini. Ketika sampai di atas niscaya akan terkagum dengan bentuknya yang unik disamping udara yang sejuk layak untuk dinikmati.
Masyarakat disini sudah mengenal pembagian sawah ini secara turun-temurun, sawah tersebut bernama Lingko.
Lingko adalah tanah adat yang dimiliki bersama yang kemudian dipergunakan secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama pula. Tanah adat disini dibagikan ke anggota masyarakat sesuai dengan ketentuan adat. Lingko diberi nama sesuai dengan asal jenis tumbuhan diwilayah tersebut saat dibukanya lahan.
Sebuah Lingko terbentuk dari geografis lahan seperti nama Belang Rambang, karena diatas Lingko banyak ditumbuhi tanaman belang yang bentuknya seperti buluh. Lingko juga mempunyai batas antara beo kampung yang satu dengan yang lainnya.
Lingko nampak hijau dilihat dari atas bukit
Lingko nampak hijau dilihat dari atas bukit
Lingko tampak hijau karena ketika saya datang baru selesai musim tanam
Lingko tampak hijau karena ketika saya datang baru selesai musim tanam
Lingko tidak dimiliki perorangan, ini merupakan milik kelompok atau suku adalah Ata Ngana Tana atau Tuan Tanah dari lingko-nya.
Setiap kelompok mempunyai Tetua yang disebut Tu’a Teno yaitu seorang yang diberi kekuasaan untuk mengatur sistem kebesaran tanah Lingko yang disebut Lodok.
Bentuk Lingko secara filosofi dikaitan dengan Mbaru Niang yaitu Rumah Adat asal muasal leluhur yang masih tersisa dan bertahan hingga kini terdapat di Waerebo.
Asal muasal pembagian tanah dilakukan dengan titik pusat tanah adat, lalu titik pusat ditanam kayu khusus. Besar kecilnya tanah ditentukan oleh kedudukan seseorang dalam kampungnya dan jumlah keluarganya.semakin tinggi kedudukan semakin besar tanah yang didapat. Tanpa disadari pembagian ini membentuk sawah seperti jaring laba-laba.
Di Desa Cancar Kabupaten Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur ini pusat tanah Lingko ditandai oleh sebuah simbol kayu sebagai Ketuhanan yang satu disebut Mangka. Secara kasat mata Lingko mempunyai ke khasan yang unik yang harus tetap dijaga dan dipertahankan yang berasal dari pembagian tanah secara adat dan kemudian Lingko muncul dalam pemandangan yang sangat luar biasa yang patut dibadikan dalam lensa kamera.
Desa Cancar menampilkan kemewahan budaya yang ada di Indonesia, menikmati keindahan alam yang luar biasa diatas bukit sambil melihat sawah jaring laba-laba (Spider Web Rice).

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...